Selasa, 01 September 2015

Alasan Mengapa Lurik Pantas Dilirik

Lurik merupakan sebentuk kain yang dibuat dengan totalitas dari penenunnya. Bahan-bahan yang digunakan juga dari bahan tradisional dan alami. Bahan dasar pembuat lurik adalah katun, yaitu olahan dari pohon kapas randu. Kain katun memiliki tingkat kenyamanan di badan yang tinggi. Orang yang mengenakan pakaian katun akan merasakan "adhem" atau dingin di badan, sehingga badan terasa nyaman. Keunggulan lain adalah menyerap keringat, jadi jika dipakai jangan dipakai berulang-ulang tanpa dicuci ya bro... ntar keringatnya penuh meninggalkan daki di baju lho... :D. Memang ada beberapa jenis katun, tapi di sini disederhanakan pengertiannya saja, bahwa katun untuk pembuatan lurik adalah katun yang terbuat dari kapas, yang dipintal menjadi benang, kemudian dirangkai dengan tustel (alat tenun bukan mesin) menjadi selarik gulungan kain panjang.
Lurik menjalani beberapa proses sebelum menjadi surjan, atau baju, yang bisa kita kenakan dengan gaya. Proses tersebut masih dilakukan dengan cara tradisional menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Beberapa pengusaha memang sudah melakukan mekanisasi menggunakan mesin-mesin pabrik untuk menghasilkan tenun. Namun tenun ATBM memang memiliki kekhasan tersendiri yang menjadi kebanggaan. Hal ini juga hampir sama dengan batik. Batik tulis yang dibuat dengan curahan jiwa dan rasa, harganya memang jauh lebih tinggi daripada batik hasil pabrikasi dengan sistem printing maupun cap. Hal ini selain karena prosesnya yang seluruhnya berhubungan dengan manusia, juga karena ketersediaanya tidak sebanyak hasil pabrik.
Lurik, motifnya hanya jejeran garis. Hal itulah yang menjadikan kain jenis ini dinamakan lurik yang artinya lorek atau garis-garis. Perbedaan motif biasanya hanya pada warna dan lebar garisnya. Motif yang agak modern dari lurik adalah udan riris. Udan riris atau gujan gerimis ini merupakan motif lurik yang putus-putus bak hujan gerimis. Beberapa pengrajin menambahkan hiasan kombinasi baik pada lurik klasik maupun udan riris. Hiasan ini dinamakan Tumpal. Kain lurik dengan tumpal ini jika dibuat baju biasanya menjadi hiasan vertikal dibagian dada dan kerah baju. Saya sendiri belum pernah menemukan kain motif tumpal ini dijadikan surjan. Nah, kesederhanaan ini yang pada awalnya menjadi jiwa dari lurik itu sendiri.
Lurik yang sederhana ini pada awalnya identik dengan rakyat kecil. Kesederhanaan yang tidak neko-neko, lurus, dan mudah ditebak karena jujur tidak menyembunyikan segala sesuatu. Jadi jika anda sudah mengenakan lurik ini baik sebagai surjan atau sebagai baju, mari kita pakai "lurik" ini juga sebagai identitas diri kita, yaitu jujur dan sederhana, mendukung gerakan revolusi mental bagi negeri ini.
Lurik menjadi sebentuk warisan budaya, sama seperti surjan yang juga beberapa dibuat dari bahan lurik ini. Jadi jika kita berbelanja dan berbusana dengan lurik ini, secara tidak langsung juga ikut turut melestarikan budaya bangsa.
Lurik adalah gaya busana yang "anti mainstream". Coba saja anda jalan-jalan menggunakan surjan lurik, bisa dipakai sewajarnya, bisa dipakai ala jacket, bisa dipakai tanpa dikancingkan surjannya, pasti ada saja minimal 1 orang yang akan melirik anda. Jadi jika ingin tampil beda dan anti mainstream, dan ingin jadi perhatian, gampang... pakai saja surjan lurik ketika anda main ke mall, atau tempat wisata, atau jalan-jalan.
Dahulu Lurik merupakan identitas orang jawa. Orang yang mengenakan lurik hampir pasti adalah orang jawa (dahulu kala). Sekarang bisa saja orang batak mengenakan lurik dan tetap bergaya meskipun tidak bisa berbahasa jawa. Malahan menurut saya inkulturasi budaya akan terjadi. Mengapa meniru budaya Jepang atau korea, jika menggunakan budaya bangsa sendiri yang applicable untuk keseharian menjadi pilihan yang tidak sulit?. Jadi, sudah saatnya orang jepang (sudah banyak) dan orang korea yang harusnya mengenakan lurik, baik yang berbentuk baju, maupun yang berbentuk surjan, atau kebaya (setara surjan, tapi untuk kaum perempuan). Sudah sepantasnya kita yang bangga menjadi bangsa sendiri, dan mereka meniru kita, bukan malah sebaliknya bukan? :D

sumber gambar:
- koleksi lurik-heritage.blogspot.com
- https://durianraksasa.files.wordpress.com/2008/02/img_3746.jpg
- https://twitter.com/ransbandung
- http://yogyakarta.kemenag.go.id/file/fotoberita/229279.jpg

0 komentar

Posting Komentar