Selasa, 01 September 2015

Nglethek, Malet, Nyekir, Nyucuk & Rumitnya Proses Menenun

Klaten kabupaten kecil diantara Kota Solo dan Kota Jogja ternyata menyimpan industri kreatif dan alami. Jika masuk Klaten dari arah barat, ketika sampai di traffic light depan rumah sakit Suraji Tirtonegoro, anda akan disambut patung besar yang menggambarkan seorang ibu yang duduk menenun dengan alat tenun tradisional. Patung itu merupakan gambaran tentang salah satu industri kecil berupa tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang terdapat di Klaten.
Industri tersebut menjadi industry unggulan dan utama di Kabupaten Klaten. Maka bisa dibilang jika KLATEN adalah IBUKOTA TENUN LURIK. Tenun adalah proses membuat kerajinan dari bahan kain, menggunakan benang yang dimasukkan secara menyilang dan berulang-ulang yang dibuat dengan menggunakan alat. Alat tenun disini bukan mesin tapi dioperasikan langsung oleh manusia. satu orang menangani satu mesin yang mirip gasebo dengan tali-tali tersebut. Sedangkan kain tenun lurik sendiri adalah kain yang berpola bergaris – garis sehingga disebut lurik (Sadilah, E. 2009). 
Keberadaan lurik tersebar di beberapa kecamatan antara lain Pedan, Cawas, Bayat, Delanggu, Juwiring dan Karangdawa. Dari beberapa wilayah tersebut, keberadaan lurik yang sangat berkembang berada di Kecamatan Cawas khusunya di Desa Tlingsing. Oleh karena itu, desa Tlingsing telah ditetapkan pemerintah Kabupaten Klaten sejak tahun 2011 melalui Surat Keputusan Bupati telah ditetapkan sebagai Desa Wisata Tenun ATBM Lurik di Kabupaten Klaten.
Desa Tlingsing merupakan desa dengan mata pencaharian utama sebagai penenun lurik. Jumlahnya terbanyak di seluruh desa desa di Kabupaten Klaten yaitu mencapai 250 orang. Tak heran bila tiap hari banyak orang menenun dan manggantukan pendapatan dari hasil menenun. Desa tersebut menjadi desa wisata berawal dari bantuan LSM Gita Pertiwi yang dilakukan pada tahun 2007.
LSM Gita Pertiwi membantu dalam memberdayakan potensi masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dengan memberikan modal dan pelatihan guna merehabilitasi kondisi masyarakat setelah gempa pada tahun sebelumnya. Untuk itu industri tenun lurik ATBM yang terbesar berada di Kecamatan Cawas tepatnya di Desa Tlingsing yang mempunyai potensi jumlah penenun terbanyak di Kabupaten Klaten, Jumlah penenun yang aktif dalam desa tersebut adalah 104 penenun yang terbagi menjadi dua kelompok penenun. Kelompok penenun tersebut terdapat di Dukuh Sempu bernama Maju Makmur dan Kelompok penenun di Dukuh Dadirejo, Titang, dan Guntur yang bernama Rukun Makmur. 
Nglethek
Proses Tenun Lurik ATBM sangatlah rumit, maka tak heran hanya yang berpengalaman saja yang bisa menenun dengan baik, rata – rata mereka yang menenun usianya lebih dari 40 tahun. Karena selain rumit juga diperlukan kesabaran ekstra tinggi karena proses yang panjang. Poses tersebut adalah sebagai berikut
a. Bahan baku yang digunakan oleh pengrajin tenun ATBM adalah biasanya adalah katun. Untuk benang yang digunakan untuk membuat motif adalah benang lungsen. Dan benang yang digunakan untuk membuat warna adalah benang pakan.
b. Proses pewarnaan dilakukan dengan pewarnaan buatan yaitu lindhetren dan naptol supaya tidak luntur. Para pengrajin biasa mencuci di sumur atau di sungai. 
malet
c. Setelah itu dicuci dan dijemur hingga kering. Waktu penjemuran memerlukan waktu 1 hari bila cuaca sedang cerah. 
d. Proses selanjutnya adalah proses nglethek yaitu proses menggulung benang Lungsen yang digunakan untuk pembuatan motif lurik dengan menggunakan alat klethek.
e. Proses yang juga dilakukan adalah proses maklet yaitu proses menggulung benang Pakan yang digunakan untuk membuat warna lurik dengan menggunakan alat palet 
f. Proses selanjutnya adalah proses nyekir menyusun benang yang digulung pada kletehek dan ditaruh pada rak sekir untuk dibuat motif tenun ATBM 
nyekir
g. Proses selajutnya adalah proses nyucuk yaitu proses memasukkan benang satu per satu ke alat ATBM yang disebut tustel. Biasanya benang yang digunakan sebesar satu boum untuk sekali nenun. 
h. Proses selanjutnya adalah menenun dengan alat tustel tersebut. Alat tustel merupakan alat untuk memproduksi tenun ATBM. Alat tersebut terdiri dari boum, gun, sisir, teropong, peker 
i. Proses selanjutnya adalah finishing untuk menghaluskan kain tenun lurik. 

Fasilitas penunjang wisata desa Tlingsing cukup lengkap antara lain keberadaan showroom. Terdapat dua showroom yang menjual hasil kerajinan tenun lurik warga sekitar dengan harga yang sangat terjangkau. Showroom tersebut adalah La Tansa dan Najma.
tustel
Showroom tersebut menjual berbagai kain tenun asli maupun yang telah dimodifikasi antara lain tas, baju, sprei, sarung bantal, dompet, dll. Selain itu juga terdapat balai pelatihan menenun yang biasanya ditujukan untuk para wisatawan berlatih menenun. Balai tersebut menjadi satu dengan balai pertemuan dan sekretariat Desa Wisata Tlingsing. Dalam wisata disana selain akan belajar langsung cara menenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), juga akan suara khas “klethek – klethek” yang berasal dari mesin tersebut sehingga akan terdengan suara yang unik.

0 komentar

Posting Komentar